Sabtu, 28 Juni 2014

Curhat

Kemarin gua sempat curhat bersama Bu Manda, seorang ibu yang bekerja di rumah gua untuk bantu mama nyuci atau ngepel atau nyetrika. Bu Manda kerja dari senin-jumat, biasa nya dateng dzuhur, dan bekerja kurang lebih 2 jam.

Yang bikin gua salut, shock, dan terharu, Bu Manda bukan cuman kerja di rumah gua, ada sekitar 3 orang lagi, di hari yang sama (Senin-Jumat) tempat bu manda kerja. Jadi, intinya, dalam 5 hari itu, Bu Manda kerja di kurang lebih 4 tempat yang berbeda.

"Ya ibu berangkatnya dari pagi, terus pulangnya sore"
Gua cuman bisa nganga saat gua denger jawaban itu. Iya, gua sering ngobrol sama Bu Manda, kalau libur atau lagi gak sekolah, terus ketemu sama Bu Manda.
Kemaren gua juga sempet ngobrol beberapa hal sama Bu Manda, awalnya kita asyik banget ngobrolin depat CAPRES tahun ini, yang seru banget, kan?

Tapi kemudian gua tersentuh mendengar kisah ibu dengan 3 anak ini.. (3 atau 4 ya gua lupa..)
mendengar kisah ketidak adilan yang dialami oleh salah satu putranya..



Kurang lebih begini lah percakapan antara gua dan Bu Manda..

G: "Bu, pilih siapa nih pilpres 2014?"
B: "Maunya sih Prabowo..."
G: "Kenapa bu?"
B: "Gak tau.. kepengen aja.. tapi ya gak tau deh bingung"
G: "Wahahaha.. gak tertarik Jokowi bu?"
B: "Ya, yuk.. (gua dipanggilnya Ayuk kalau dirumah) siapapun nanti Presidennya, Gak ada ngaruh nya untuk orang kecil kayak ibu. Ibu juga gini-gini aja kan nanti?"

Setelah mendengar pertanyaan itu, gua termenung. (asek)
bener juga kata Bu Manda, gimana pun juga dan siapapun nanti Presidennya, pasti susah banget untuk bisa mengangkat drajat orang-orang kecil (lu tau ini majas ye bukan kecil dalam artian fisik)

Bener, negara kita ini susah banget untuk mensejahterakan rakyat-rakyat kecil. Belum ada tuh pemimpin yang 'berhasil' bikin hidup rakyat kecil sejahtera (untuk keseluruhan) Mari berdoa, agar kelak ada pemimpin yang mampu membuat bangsa ini lebih sejahtera!!!

Dan akhirnya Bu Manda pun mulai curhat mengenai kesehariannya.
Yang paling bikin gua nyesek, adalah saat beliau menceritakan ketidak adilan yang diterima oleh putra keduanya, yang masih duduk di bangku SMP,

Sebelumnya gua gak bermaksud untuk menjelek-jelek kan, membuka aib, atau gimana tentang Bu Manda dan anak-anaknya ya. Gua cuman berharap, posting ini bisa buat kita semua yang baca sadar, kalau harus ada yang di perbaikin dari Negara kita, salah satunya dalam bidang pendidikan.

Kira-kira.. begini ilustrasi yang bisa gua jelaskan

Sebut saja nama anaknya adalah Panji.
Panji ini memang gak terlalu pintar, nilai pun pas-pasan. 6-7-8 aja syukur banget.
Tapi dia anak yang nurut dan rajin sekolahnya, Bu Manda pun dengan bangga nya muji sang putra, "Iya, Yuk. Anak ibu emang gak pinter kayak Ayuk Sella, tapi dengan rajin sekolah dan mau ke sekolah aja ibu udah seneng banget"

Titik permasalahannya adalah, disaat Panji dinyatakan tidak naik kelas.
Padahal, jelas-jelas, nilai dia gak yang paling jelek. Ada kok, anak murid lain yang rata-ratanya di bawah nilai dia.

Fakta lain yang bikin gua shock adalah, disaat beliau cerita kalau sang Wali Murid dari Panji pun gak bisa berbuat apa-apa.

"Kata Wali murid nya yuk, 'Panji itu anak yang rajin, dia sebenernya bisa naik kelas karena dia gak pernah gak sekolah, dan dia nurut anaknya. Tapi udah keputusan dari pimpinan kalau dia dinyatakan gak naik kelas, bu. saya bisa aja buat dia naik kelas, tapi profesi saya taruhannya. Saya bisa dipecat, Bu.' gitu yuk" jelas Bu Manda.

Di sini ada hal yang janggal.
Nilai Panji bukan yang 'terjelek'
Dia juga gak pernah gak masuk sekolah, setidaknya ada keringanan untuk murid yang rajin (Kalau disekolah gue, guru gue pernah nagasih tau, kalau nilai nya jelek tapi absensi atau kehadirannya rajin bisa dipertimbangkan untuk naik kelas, setidaknya dia ada niat sekolah. dari pada murid yang sering alpha dan gak masuk)
Dan dia nurut, gua kenal anaknya karena gua sempet ngajarin dia beberapa mata pelajaran pas dia mau ujian. Dia bukan murid yang demen tawuran atau bikin ribut kelas.
Dan yang paling aneh, saat Bu Manda cerita kalau Sang Kepala Sekolah bahkan gak mau menemui beliau, yang cuman pengen minta penjelasan kenapa anaknya gak naik kelas.

"Ibu memang orang kampung yang gak ngerti sistem pendidikan, yuk. Tapi ibu tau kalau absensi itu berpengaruh kan terhadap kenaikan siswa? katanya ibu bisa minta keringanan setidaknya untuk di naikan ke kelas 2 SMP karena absensi Panji yang full dan gak pernah gak masuk, setidaknya ibu bisa minta keringanan untuk 3-6 bulan masa percobaan. Kalau memang Panji gak bisa mengikuti kelas dari 3-6 bulan percobaan itu, ibu bisa terima kalau dia ternyata emang gak bisa naik kelas."

Gua terdiam.. hmm

"Yang bikin ibu sakit hati, masa Kepala Sekolahnya gak pernah mau ketemu ibu, alasannya selalu sibuk. Itu memang sibuk atau memang gak mau ketemu ibu, ya yuk?"
Menurut analisa gua, mungkin aja emang dia ini korban ketidak adilan. Kata bu Manda juga demikian..

"Kata tetangga ibu nih yuk, bisa aja itu karena ada orang lain yang 'beli bangku' milik si Panji, jadi Panji terpaksa di tidak naikkan, dengan alasan yang gajelas pula."

Emang ini masih kemungkinan, tapi, gila aja kali kalau beneran?
Beli bangku dan bikin anak murid yang polos nurut gitu gak naik kelas?






Kita juga gak bisa munafik, kan? Semua manusia memang butuh Uang. Tapi apa dengan menghalalkan segala cara? #azeg #TapiSeriusLohGue

Akhirnya bu Manda pun dengan sabarnya menerima cobaan ini..

"Yang terpenting sekarang Panji masuk 10 besar walau harus ngulang satu tahun di SMP Swasta yuk.. sekarang justru ada tuh temen nya panji yang 'naik kelas' padahal nilainya dibawah dia, eh malah kelas 2 nya bobrok gitu.."

Lucu, kan?



Ini tumben banget bahasa gua berat-berat ye gak percintaan percintaan lagi hahahaha..
pelajaran yang bisa gua ambil dari perbincangan ini, dan juga dari kalimat bu manda yaitu..

"Ibu cuman kasih tau ke Panji yuk, untuk kedepannya, saat dia harus gagal dan ngulang lagi di SMP Swasta, Jangan jadikan sebuah kegagalan itu akhir dari segalanya, jangan sampe hidupnya hancur karena kegagalan itu. Seharusnya dia bangkit dari kegagalan nya dan tunjukin ke orang-orang kalau dia bisa sukses, dan dia cukup kuat untuk bangkit lagi. Ibu selalu bilang itu ke Panji, alhasil sekarang dia semangat belajar dan berhasil masuk 10 besar. Ibu bangga.."



karena kegagalan sebenarnya awal dari sebuah kesuksesan..


Andai mereka sempat mendengarkan curahan hati orang-orang kecil di negri ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar